Perempuan adalah
pemenang! Kau mau tahu mengapa?
Sebab perempuan memiliki
vagina!
Di majalah-majalah seks,
vagina sering kali disebut Miss V. And
you should know as well, V also stands for Victory. Kemenangan! Dan jika
kau acungkan jari telunjuk serta jari tengahmu, keduanya juga membentuk huruf
V. Simbol ini selalu dipakai untuk menunjukkan tanda perdamaian.
Jadi, vagina adalah
perpaduan antara victory (kemenangan)
serta kedamaian. Kalian, para lelaki, baru sudah merasa menang dan damai jika
sudah bersenggama dengan perempuan.
Lantas, apa kalian tega
tidak mendatangi kami, hingga sampai hati menggrebek tempat yang kalian sebut “pelacuran”
hanya karena kalian ikut-ikutan sok suci dengan menjaga moralitas? Padahal, di
sini kalian bisa merasa gagah dan tentram.
Kau sebut orang-orang
seperti kami kotor?
Cuih!
Bukankah kalian
membutuhkan kami?
Jadi siapa yang
sebenarnya kalah?
***
Gincu merah menyala telah
terpoles di bibir. Terang!
Kata induk semang kami,
hal yang begitu lebih baik. Semakin merah semakin membara. Konon katanya,
lelaki suka pada perempuan yang membara. Bergairah!
Semakin membara, semakin
gampang lah aku merasa lelah. Harusnya kami bisa kenakan tarif jadi dua kali
lipat! Hahahahahaha.....
Hei, apa yang kau pikir?
Ya ya ya.. Pasti sesuatu hal yang aneh lah yang melintas di otakmu yang katanya
moralis itu. Ayolah, tak usah berkelit! Sudah sering kulihat ekspresi
orang-orang munafik sepertimu.
Kau anggap orang
sepertiku kotor dan hina. Yah, mungkin tak sepenuhnya juga kau bersalah. Tapi kau
pikir aku mau begini? Inilah cara cepat yang ku terapkan untuk mengisi perutku
agar tetap hidup. Bukan hanya aku. Masih ada mulut-mulut kecil adikku yang
menganga meminta makan. Kau tak tahu soal itu bukan?
Ok, kau tak mau tahu soal
itu. Yang ingin kau tahu adalah bagaimana pelayananku di atas ranjang.
Kau tahu.. Aku sangat
profesional dalam melayani. Hanya saja, republik sampah ini selalu mengingkari
keberadaan orang-orang sepertiku. Atas nama kesucian dan moral, sejumlah
organisasi keagamaan ramai-ramai sweeping,
menggerebek tempatku dan teman-temanku berkumpul.
Cih! Pencitraan!
Seolah kalian tidak
menyetujui adanya kemaksiatan di negara ini. Tapi buktinya, kalian terus saja
menghampiri kami. Kalian pakai kami lagi, walau hanya untuk satu malam.
Ya sudahlah! Akui saja
jika orang-orang seperti kami memang ada. Jika ada pengakuan, kami bisa jadi
orang profesional yang bisa tetapkan tarif dari tenaga kami yang sudah kalian
pakai. Jika ditanya, kami bisa katakan kalau kami bekerja di sektor penyediaan
jasa.
Melacurkan diri pada
lelaki hidung belang tak sekedar rebah di ranjang, lalu buka paha
tinggi-tinggi. Please, kami lebih
baik dari itu. Kami bisa lakukan request
seperti apapun yang diinginkan pelanggan. Jadi sudah sewajarnya jika kami ingin
hidup layak dengan “gaji” tetap dari pelanggan.
Pak Presiden, mungkin
sudah saatnya Bapak juga mempertimbangkan kesejahteraan kami. Rakyat Bapak
bukan hanya para tikus berdasi yang setiap hari menggerogoti uang negara.
Rakyat Bapak juga bukan hanya para konglomerat yang memiliki sejumlah stasiun
televisi dan bisnis properti. Justru kami lebih banyak membayarkan pajak untuk
kesejahteraan para tikus berdasi dan konglomerat itu.
Sekian!